Berita

Peran Farmasis Dalam Manajemen Diabetes Mellitus (DM)

Peran Farmasis Dalam Manajemen Diabetes Mellitus (DM)

Oleh Instalasi Farmasi RSUD Wonosari

 

Diabetes Mellitus (DM) adalah kumpulan gejala dan tanda klinis disebabkan banyak faktor yang mengakibatkan kadar gula dalam darah pasien meningkat, akibat kekurangan insulin absolut maupun insulin relatif. Bisa juga diabetes mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai dengan poliuria, polidipsi dan polifagia, disertai peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia (glukosa puasa ≥ 126mg/dL atau postprandial ≥ 200mg/dL atau glukosa sewaktu ≥200 mg/dL).

Melihat etiologinya, DM dapat dibedakan menjadi: DM tipe 1, adanya gangguan produksi insulin akibat penyakit autoimun atau idiopatik. Tipe ini sering disebut insulin dependent diabetes mellitus  atau IDDM karena pasien mutlak membutuhkan insulin. Dan DM tipe 2, yaitu akibat resistensi insulin atau gangguan sekresi insulin. DM tipe ini tidak selalu dibutuhkan insulin, kadang-kadang cukup dengan diet dan antidiabetik oral. Oleh karena itu, DM tipe ini disebut non insulin dependent diabetes mellitus  atau NIDDM. Jenis DM lainnya adalah DM gestasional yaitu DM pada kehamilan serta DM akibat penyakit endokrin atau pankreas atau akibat penggunaan obat.

Hiperglikemia timbul akibat berkurangnya insulin sehingga glukosa darah tidak dapat masuk ke sel-sel otot, jaringan adiposa atau hepar dan metabolismenya juga terganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40%  diubah menjadi lemak. Pada DM semua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke sel hingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak.

Sebenarnya hiperglikemi itu sendiri relatif tidak berbahaya, kecuali bila sangat hebat sehingga darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang berbahaya adalah glikosuria yang timbul, karena glukosa bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis sangat meningkat disertai hilangnya berbagai elektrolit. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada pasien DM yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi, maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia). Badan kehilangan 4 kalori untuk setiap gram glukosa yang diekskresi. Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu makan di hipotalamus oleh kurangnya pemakaian glukosa di kelenjar itu.

 

PILAR UTAMA PENGELOLAAN DIABETES MELLITUS

  1. Penyuluhan :
  • Meningkatkan pengetahuan tentang DM
  • Mengubah sikap
  • Mengubah perilaku serta meningkatkan kepatuhan
  • Meningkatkan kualitas hidup
  1. Pengaturan makanan
  • Pantang makanan mengandung gula
  • Komposisi makanan seimbang  : karbohidrat :  60-70 %, protein : 10-15 %, lemak : 20-25 %
  • Masukan kalori disesuaikan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan berat badan; tinggi badan; penyakit lain yang menyertai; kehamilan
  • Diatur saat makan, dibagi dalam beberapa porsi supaya kenaikan kadar gula darah tetap terkendali
  1. Latihan jasmani
  • Olahraga yang dilakukan adalah olahraga yang disenangi yang melibatkan otot-otot besar seperti aerobik, joging dan atau bersepeda, frekuensi harus teratur 3-5 kali seminggu, dengan intensitas ringan sampai sedang. Waktu 30-60 menit / 5-30 menit/ minggu
  • Dianjurkan latihan secara teratur 3-4 kali / minggu selama 20-40 menit yang didahului dengan pemanasan 5-10 menit dan cooling down atau pendinginan 10 menit, sedapat mungkin mencapai zona sasaran, disesuaikan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta.

TERAPI DM DENGAN INSULIN

Insulin masih merupakan obat utama untuk DM tipe 1 dan beberapa jenis DM tipe 2, tetapi memang masih banyak pasien DM yang enggan disuntik, kecuali dalam keadaan terpaksa. Karenanya terapi edukasi pasien DM sangatlah penting, agar pasien sadar akan perlunya terapi insulin meski diberikan secara suntikan. Suntikan Insulin dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain intravena, intramuskuler, dan umumnya pada penggunaan jangka panjang lebih disukai pemberian subkutan (s.c). Cara pemberian ini berbeda dengan keadaan sekresi insulin secara fisiologik, antar lain setelah asupan makanan kinetiknya tidak menunjukkan peningkatan dan penurunan sekresi insulin yang cepat; pada pemberian s.c.insulin akan berdifusi ke sirkulasi perifer yang seharusnya langsung masuk ke sirkulasi portal, karenanya efek kangsung hormon ini pada hepar menjadi kurang. Meski demikian kalau cara pemberian ini dilakukan dengan cermat, tujuan terapi akan tercapai.

Insulin terbuat dari ekstrak pankreas babi atau sapi, walaupun sekarang sudah dapat dibuat dari bakteri E.coli yang ditanami gen insulin ( human/recombinant). Pada terapi insulin ini jarang timbul hipersensitif. Pankreas orang dewasa meghasilkan 40-50 unit / hari, sedangkan kadar insulin waktu puasa adalah 10 IU/ ml ( 0,4mg / ml atau 69 pmol/ L )

Indikasi Terapi dengan Insulin  

  1. DM tipe 1
  2. DM tipe 2 yang tidak terkontrol diet, olahraga dan obat anti diabet
  3. DM Gestasional
  4. Gangguan faal hati dan ginjal yang berat
  5. Dengan infeksi akut ( selulitis, gangren), TBC berat, penyakit kritis ( stroke/ AMI )
  6. Dengan fraktur atau pembedahan mayor
  7. Kurus (BB rendah ), terkait malnutrisi
  8. Dengan tumor ganas
  9. Dengan pemberian kortikosteroid

 

PERAN  FARMASIS DALAM PENGELOLAAN DM

Peran Farmasis dalam terapi insulin pada DM yaitu :

  1. Edukasi Penggunaan Obat
  • Tepat waktu
  • Tepat dosis
  • Tepat obat
  • Waspada efek samping
  • Kepatuhan minum obat
  1. Efek Samping
  • Pasien diedukasi mengenai gejala hipoglikemi (misalnya: sakit kepala, pusing, drowsiness, mual, lapar, gemetar, tremor, lemah, banyak berkeringat dingin, ngantuk, denyut jantung meningkat)
  • Menjelaskan bagaimana cara mengatasi apabila terjadi hipoglikemi yaitu dengan memakan permen minum manis dan segera menghubungi dokter
  1. Edukasi Life Style
  • Pengaturan pola makan
  • Olahraga teratur
  • Penghentian merokok
  • Menghindari terjadinya luka
  • Kontrol secar teratur, kadar gula, cek mata, syaraf, ginjal, jantung dan tekanan darah
  1. Edukasi penggunaan Insulin
  • Waktu penyuntikan

  • Tempat/Lokasi Penyuntikan Insulin :

Ideal untuk insulin aksi pendek atau campuran pagi hari:

  • Perut dibawah pusar

Ideal untuk insulin aksi menengah, aksi panjang atau campuran malam hari:

  • Lengan atas bagian luar

  • Glutea

  • Paha atas bagian luar & dalam

  • Cara Penyuntikan

 

Untuk mengurangi rasa sakit pada penyuntikan insulin

  1. Saat menyuntik insulin harus pada suhu kamar
  2. Alat suntik tidak ada gelembung udara
  3. Sebelum menyuntik tunggu alkohol mengering
  4. Otot tidak dalam keadaan menegang
  5. Tusukan pada kulit dengan cepat
  6. Alat suntik jangan berubah arah, pada saatmenyuntik dan mencabut
  7. Jangan gunakan jarum suntik yang tumpul

Masalah dalam penggunaan insulin

  1. Kadang macet
  2. Umumnya para pasien salah dalam penyimpanan Insulin yang sedang digunakan
  3. Solusinya yaitu dengan penggantian jarum

Penyimpanan insulin

  1. Insulin harus disimpan dalam lemari es ( suhu 2-8 0C )
  2. Vial yang sudah dibuka untuk produk Eli Lilly bisa tahan sampai 6 bulan sedangkan dari Novo-Nordisk bisa bertahan sampai 9 bulan
  3. Insulin yang disimpan dalam suhu kamar penyejuk (AC) 15-200 C selama 1 bulan, bila suhu > 30 hari
  4. Penfil regular bila disimpan pada suhu kamar bisa tahan sampai 30 hari
  5. Penfil 70/30 atau NPH bila berada pada suhu kamar bisa tahan sampai 7 hari
  6. Bila Insulin dalam keadaan dingin maka sebelum dipakai diputar-putar di telapak tangan atau ditaruh dalam suhu kamar dulu
  7. Karena perbedaan suhu maka Insulin jangan ditaruh di mobil atau bagasi pesawat
  8. Insulin beku atau menggumpal, berubah warna, dari jernih jadi keruh maka itu pertanda Insulin sudah rusak dan jangan digunakan

Penyimpanan insulin sebelum digunakan

  1. Penyimpanan insulin dalam suhu 20 – 80 C ( insulin akan stabil sampai dengan masa kadaluwarsa )
  2. Umur insulin yang belum digunakan sampai dengan masa kadaluwarsa adalah 2,5 tahun selama penyimpanan benar

Penyimpanan insulin yang sudah digunakan

  1. Insulin produk yang sudah dipakai, disimpan pada suhu kamar ( < 30o) dan akan stabil sampai dengan 6 minggu
  2. Insulin produk Aventis yang sudah dipakai, disimpan pada suhu maks.250 dan stabil sampai 4 minggu
  3. Insulin produk Elli Lilly yang sudah dipakai dapat disimpan selama 6 bulan
  4. Hindari terpapar cahaya matahari langsung dan ditempat yang panas, karena insulin akan langsung rusak

Problem RS dalam penyerahan Insulin

  1. Tidak ada kontainer khusus untuk membawa pulang insulin
  2. Pasien rumahnya jauh
  3. Pasien tidak langsung pulang
  4. Pengetahuan pasien tentang insulin kurang

Masalah limbah insulin

  1. Setelah selesai digunakan, flexipen harus disimpan ditempat yang aman
  2. Dibawa kembali ke RS untuk dimusnahkan bersama limbah medis yang lain
  3. Instalasi farmasi sangat berperan dalam hal penanganan limbah insulin dari pasien

DAFTAR PUSTAKA

Suharti K, Suherman dan Nafrialdi, Farmakologi dan Terapi, edisi 5, Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007, hal.481-495

Bowo Pramono, dr .SpPD KEMD dalam seminar “ Diagnosis dan Manajemen DM tipe 2, RSUP Sarjito, Yogyakarta, 2012

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: