Penggunaan Obat Yang Aman Bagi Ibu dan Bayi pada Ibu Hamil dan Menyusui
PENGGUNAAN OBAT YANG AMAN BAGI IBU DAN BAYI PADA IBU HAMIL DAN MENYUSUI
Oleh Instalasi Farmasi RS JIH (Jogja International Hospital)
Kehamilan, dan menyusui merupakan proses alamiah yang perlu dipersiapkan, agar dapat dilalui dengan aman bagi ibu dan bayinya. Selama masa kehamilan dan selanjutnya masa menyusui, ibu dan bayi adalah suatu kesatuan yang tak terpisahkan. Selama waktu tersebut seorang ibu sangat mungkin mengalami berbagai keluhan atau gangguan kesehatan yang membutuhkan obat. Terapi menggunakan obat bagi ibu hamil dan menyusui menjadi sedikit spesial terutama pada aspek keamanan penggunaan obat. Pertanyaan yang sering ditanyakan kepada apoteker, antara lain: “Bagaimana ya jika saya sedang menyusui tapi saya juga sedang flu dan sepertinya perlu minum obat?”
Selama proses kehamilan terjadi perubahan-perubahan yang dapat mempengaruhi kerja obat di dalam tubuh. Perubahan tersebut meliputi peningkatan cairan tubuh yang dapat mempengaruhi jumlah obat yang bisa menumpuk di dalam darah. Kemudian obat juga dapat menembus ke dalam lingkungan bayi melalui plasenta. Plasenta adalah jalur pertama darah ibu masuk ke dalam darah bayi. Melalui plasenta, bayi menerima baik itu nutrisi atau zat lain dari ibu. Zat lain tersebut bisa berupa obat yang ibu konsumsi. Tetapi tidak semua obat dapat menembus plasenta tergantung sifat obat tersebut.
Secara umum telah ditetapkan kategori obat pada ibu hamil, sebagai berikut :
- Kategori A:
Obat yang banyak digunakan oleh wanita hamil tanpa pengaruh buruk.
Contoh: asam folat
2. Kategor B:
Obat yang pengalaman pemakaian pada ibu hamil terbatas tetapi tidak terbukti adanya pengaruh buruk
Contoh : metformin, amoxicillin, caffeine, cetirizine, parasetamol.
3. Kategori C:
Obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tetapi sifatnya tidak menetap atau dapat membaik
Contoh : gabapentin, amlodipine, pseudoefedrin (biasanya ada di dalam kemasan obat flu, komunikasikan kepada dokter jika akan mengkonsumsi obat tersebut)
4. Kategori D:
Obat yang terbukti menyebabkan meningkatnya kejadian cacat pada bayi
Contoh : lisinopril
5. Kategori X:
Obat yang telah terbukti mempunyai resiko terjadinya pengaruh buruk yang menetap dan dikontraindikasikan kepada ibu hamil
Contoh : warfarin, metotrexat
Hampir semua obat yang diminum ibu menyusui terdeteksi di dalam ASI, namun konsentrasinya rendah. Konsentrasi obat dalam darah ibu adalah faktor utama yang berperan pada transfer obat ke ASI selain dari sifat obat itu tersendiri. Obat yang larut lemak akan mudah terdeteksi di dalam ASI. Kemudian pada bayi obat tidak dapat langsung dikeluarkan seperti layaknya pada pasien dewasa. Sehingga pada obat tertentu akan sangat berbahaya jika diminum bayi melalui ASI, maka akan terjadi penumpukan di darah bayi dan berakibat buruk bagi si bayi.
Secara umum telah ditetapkan kategori obat pada ibu menyusui :
- Kategori A
Obat yang relatif aman digunakan pada ibu yang sedang menyusui
Contoh: parasetamol, acyclovir (konsentrasi rendah di ASI)
2. Kategori B
Obat yang membutuhkan perhatian pada ibu yang sedang menyusui
Contoh: isoniazid, obat TBC ini belum dilaporkan adanya efek merugikan pada bayi. Mungkin baik untuk memantau bayi selama ibu menyusui mengkonsumsi isoniazid.
3. Kategori C
Obat yang tidak diketahui keamanannya pada ibu yang sedang menyusui
Contoh: ciprofloksasin, merupakan antibiotik yang ada penelitian dapat menyebabkan kelainan sendi.
4. Kategori D
Obat yang dikontraindikasikan artinya tidak boleh secara mutlak diberikan kepada ibu yang sedang menyusui.
Contoh: kontrasepsi oral dapat menurunkan pasokan ASI ke bayi
Beberapa uraian di atas memperlihatkan bahwa obat dapat melintas lewat plasenta bayi atau melalui ASI, sehingga penggunaan obat secara bijak pada ibu hamil dan menyusui sangatlah penting. Berikut trik agar obat tersebut dapat aman digunakan pada ibu hamil dan menyusui :
- Konfirmasikan kepada tenaga kesehatan sebelum mengkonsumsi obat jika anda sedang hamil atau menyusui.
- Sedapat mungkin obat segala jenis obat tidak diminum pada trimester pertama kehamilan.
- Jika anda sudah mengkonfirmasikan kehamilaan atau sedang menyusui, dan dokter tetap memberikan obat tersebut maka artinya manfaatnya lebih besar dibandingkan resiko yang akan didapat kedepannya dan selalu komunikasikan kepada tenaga kesehatan.
- Pada umumnya konsentrasi obat di ASI sekitar 1-3 jam sesudah minum obat. Hal ini mungkin dapat membantu untuk tidak memberikan ASI pada waktu tersebut.
- Bila ibu menyusui tetap meminum obat yang diberikan dokter maka ibu harus mengamati kondisi bayi setiap harinya selama ibu meminum obat.
- Bila ibu menyusui tetap meminum obat yang potensial toksik terhadap bayinya maka untuk sementara ASI tidak diberikan. ASI dapat diberikan setelah tenaga kesehatan menginstruksikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi untuk Ibu Hamil dan Menyusui. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik
FDA Pregnancy Categories. http: www.drugs.com/pregnancy-categories.html