MENGENAL HIPOALBUMINEMIA DAN PENGATASANNYA
oleh
apt. Intifada Afifaturahma, S.Farm dan apt. Ida Setyaningrum, S.Farm
Instalasi Farmasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Albumin merupakan fraksi utama protein plasma yang bertanggung jawab menjaga tekanan onkotik plasma. Albumin berperan penting dalam ikatan dengan obat dan metabolitnya serta berbagai toksin endogen dan eksogen (Valerio et al., 2016). Albumin juga menjadi perantara dalam metabolisme lipid, bekerja sebagai antioksidan dan sebagai protein transpor untuk berbagai zat terlarut yang mencakup beberapa hormon dengan massa rendah, asam lemak dan obat-obatan (Anguizola et al., 2013). Berikut ini nilai normal albumin berdasarkan perbedaan usia.
Usia | Range | Satuan |
0 – 4 hari | 2,8 – 4,4 | g/dL |
4 hari – 14 tahun | 3,8 – 5,4 | g/dL |
14 – 18 tahun | 3,2 – 4,5 | g/dL |
Tabel 1. Nilai normal albumin
Pada manusia dewasa, albumin adalah protein plasma yang paling melimpah dengan konsentrasi berkisar antara 35 sampai 50 g/L. Albumin mewakili 50% dari total kandungan protein plasma. Berat molekul albumin adalah sekitar 66 kDa, dan memiliki waktu paruh 21 hari. Albumin secara eksklusif disintesis oleh hati. Tingkat sintetiknya sekitar 10 sampai 15 gram per hari dan disekresikan ke dalam sirkulasi sekitar 40% tetap berada dalam sirkulasi dengan sebagian kecil berpindah dari intravaskular ke ruang interstisial. Produksi albumin dapat dihambat oleh mediator pro-inflamasi seperti interleukin-6 (IL-6), interleukin-1 (IL-1) dan faktor nekrosis tumor (Brock F, et al.,2016).
Albumin memiliki beberapa peran fisiologis, pertama menjaga tekanan onkotik di dalam kompartemen vaskular untuk mencegah kebocoran cairan ke dalam ruang ekstravaskular, kedua menyumbang sekitar 80% dari tekanan osmotik koloid, ketiga sebagai pembawa berkapasitas tinggi dan afinitas rendah dari beberapa senyawa endogen dan eksogen. Pengikatan senyawa pada albumin dapat mengurangi toksisitas seperti pada kasus bilirubin tak terkonjugasi pada neonatus dan obat-obatan. Albumin mengikat setidaknya 40% dari kalsium yang bersirkulasi dan berperan sebagai pengangkut hormon seperti tiroksin, kortisol, testosteron. Albumin merupakan pembawa utama asam lemak dan memiliki sifat anti-oksidan yang signifikan. Albumin terlibat dalam menjaga keseimbangan asam-basa karena bertindak sebagai buffer plasma. Albumin juga digunakan sebagai penanda status gizi dan keparahan penyakit khususnya pada pasien yang sakit kronis dan kritis (Brock F, et al.,2016).
Hipoalbuminemia adalah kondisi dimana level albumin dalam serum < 3,5 g/L (Dziedzic et al., 2007). Kekurangan albumin dalam serum dapat mempengaruhi pengikatan dan pengangkutan senyawa-senyawa endogen dan eksogen, termasuk obat-obatan, karena distribusi obat ke seluruh tubuh pengikatannya melalui fraksi albumin (Nugroho, 2012). Hipoalbuminemia dapat dijadikan prediktor bertambah buruknya kondisi pasien.
Hipoalbuminemia seringkali ditangani dengan pemberian human albumin (HA). HA secara luas digunakan untuk penggantian volume atau koreksi hipoalbuminemia (Boldt, 2010). HA diberikan ketika kadar albumin dalam serum <2,5 g/L (Kepmenkes, 2021). Ada beberapa cara yang digunakan untuk meningkatkan kadar albumin pada penderita hipoalbuminemia, antara lain secara parenteral dan suplementasi albumin peroral. Koreksi hipoalbumin intravena dapat dihitung dengan rumus Dosis (g) = (Target kadar albumin – kadar albumin aktual) x Berat badan (Kg) x 0,8 (Liumbruno,2009).
Albumin dapat diberikan pada bayi baru lahir dengan penyakit hemolitik, dengan menggunakan 25% albumin dengan dosis 1 g/kg/dosis IV diberikan sebelum atau selama pertukaran plasma. Gunakan konsentrasi 25% dengan sangat hati-hati pada neonatus, karena risiko perdarahan intraventrikular. Pada kondisi hipovolemia gunakan albumin 5% dengan dosis 0,5-1 g/kg/dosis IV diinfuskan selama 1 jam. Pada kondisi asites dengan hipoalbuminemia gunakan 25% albumin dengan dosis 1 g/kg/dosis IV diinfuskan selama 2-3 jam dan dapat diulang setiap 8 jam sampai albumin serum di atas 2,5 g/dL (medscape.com).
Human Albumin dapat langsung diberikan melalui rute intravena. Kecepatan infus harus disesuaikan menurut keadaan individu dan indikasi, tetapi tidak boleh melebihi 1 sampai 2 ml/menit. Jika pemberian dilakukan dalam volume besar, produk harus dihangatkan ke suhu kamar atau tubuh sebelum digunakan. Dalam pertukaran plasma kecepatan infus mungkin lebih tinggi dan harus disesuaikan dengan kecepatan pembuangan. HA tidak boleh diencerkan dengan water for injection karena dapat menyebabkan hemolisis pada resipien. HA juga tidak boleh dicampur dengan obat lain, darah lengkap, dan sel darah merah. Setelah wadah dibuka isinya harus digunakan langsung (kalbemed.com). Peran HA masih kontroversial dan penggunaannya banyak yang didasarkan pada kebiasaan dibandingkan dasar ilmiah. Karena terbatasnya ketersediaan dan biaya tinggi, sangat penting bahwa penggunaan HA dibatasi untuk indikasi yang penting (Boldt, 2010).
Pemberian albumin kapsul per oral juga terbukti efektif dalam meningkatkan kadar albumin darah pada pasien hipoalbuminemia serta memiliki harga yang lebih murah. Metode yang dapat dilakukan dengan pemberian suplemen oral tinggi protein berupa pemberian putih telur. Alternatif lain penambahan ikan, terutama ikan gabus (Ophiocephalus Striatus) baik dalam bentuk olahan ikan maupun dalam bentuk ekstrak. (Supriyanto ,2012). Nurul Huda Syamsiatun dan Tri Siswati dalam Jurnal Gizi Klinik Indonesia menjelaskan pemberian tambahan sari putih telur 3x/hari selama 7 hari dapat dijadikan sebagai alternatif diet tinggi protein, murah (low cost), mudah diberikan kepada pasien, dan dapat meningkatkan kadar albumin.
Agnes Trilansia Pratiwi dalam Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia menyimpulkan dari beberapa penelitian bahwa kandungan asam amino pada ikan gabus berpengaruh terhadap peningkatan kadar albumin pada penderita hipoalbuminemia. Ikan gabus (Ophiocephalus stratius) memiliki kandungan protein yang tinggi terutama albumin. Kandungan albumin yang tinggi pada ekstrak ikan gabus dapat berfungsi sebagai sumber asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis albumin. Ektrak ikan gabus memiliki berbagai manfaat diantaranya mempercepat penyembuhan luka, efek antinosiseptif, antiinflamasi, dan mampu meningkatkan kadar albumin dalam darah. Ekstrak ikan gabus dapat meningkatkan kadar IGF-1 yang mengurangi peradangan dan meingkatkan kadar albumin. Di Indonesia sudah beredar produk jamu dan fitofarmaka dengan berbagai merk dagang yang mengandung ekstrak ikan gabus untuk mempermudah pasien.
SUMBER PUSTAKA:
albumin IV. Diakses pada tanggal 17 Maret 2022, dari https://reference.medscape.com/drug/albuminex-kedbumin-albumin-iv-342425
Anguizola, J., Matsuda, R., Barnaby, O.S., Joseph, K., Wa, C., DeBolt, E., Koke, M.,
Boldt, J., 2010. Use of albumin: an update. Br. J. Anaesth. 104, 276–284.
Brock F, et al. (2016). “Prevalence of hypoalbuminemia and nutritional issues in hospitalized elders”. Rev Lat Am Enfermagem, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK526080/
Dziedzic, T., Pera, J., Slowik, A., Gryz-Kurek, E.A., Szczudlik, A., 2007.
KalbeMED. Octalbin. Diakses pada 17 Maret 2022, dari https://www.kalbemed.com/product/id/203
Kepmenkes. 2021. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/6485/2021 Formularium Nasional. Jakarta: Menkes
Liumbruno, G., Bennardello, F., Lattanzio, A., Piccoli, P., Rossetti,G. 2009. Recommendation for The Use of Albumin and Immunoglobulins. Blood Transfus 7: 216-34
Nugroho, Matheus. 2012. Isolasi albumin dan karakteristik berat molekul hasil ekstraksi secara pengukusan ikan gabus (Ophiocephalus striatus). Jurnal Teknologi Pangan vol. 4 no. 1
Nurul Huda Syamsiatun(1*), Tri Siswati(2). Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Diakses pada tanggal 19 Maret 2022, dari https://jurnal.ugm.ac.id/jgki/article/view/22919
Pratiwi, Agnes Trilansia . 2021. JIMKI : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Volume 8.3 Edisi September 2020 – Februari 2021. Diakses pada tanggal 19 Maret 2022, dari https://bapin-ismki.e-journal.id/jimki/article/view/254
Supriyanto. 2012. Pengaruh Suplementasi Medosco Putih Telur terhadap Perubahan Kadar Albumin pada Pasien Bedah dengan Hypoalbuminemia di RSUP Dr. Kariadi Semarang 1 (2): 130-133.
The University of Iowa Department of Pathology laboratory services handbook. Pediatric Reference Ranges. Diakses pada tanggal 17 Maret 2022, dari https://www.healthcare.uiowa.edu/path_handbook/appendix/heme/pediatric_normals.html Valerio, C., Theocharidou, E., Davenport, A., Agarwal, B., 2016. Human albumin solution for patients with cirrhosis and acute on chronic liver failure: Beyond simple volume expansion. World J. Hepatol. 8, 345–354.