Penggunaan Antipsikotik pada Kasus Skizofrenia
Oleh
apt. Diece Setianingsih S,Far
RSUD PRAMBANAN SLEMAN
Kasus Skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan jiwa (psikosis) berat dengan tanda dan gejala positif, negatif dan kognitif yang menetap selama minimal 6 bulan dan disertai dengan penurunan fungsional dan sosial. Menurut data yang dihimpun dari Riskesdas 2018 prevalensi skizofrenia/psikosis di Indonesia sebanyak 7% per 1000 rumah tangga sehingga diperkirakan terdapat 70 rumah tangga yang mempunyai anggota rumah tangga dengan pengidap skizofrenia. Skizofrenia ini biasanya muncul antara masa remaja akhir dan usia 30 tahun dan lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita.
Tanda-tanda dan gejala gangguan jiwa (psikotik)
Terdapat beberapa tanda-tanda dan gejala pada gangguan jiwa (psikotik) yang meliputi gejala positif, gejala negatif, gejala pada fungsi kognitif dan excitement.
- Gejala positif
Gejala positif yang terjadi diantaranya adalah gejala halusinasi (misalnya mendengar suara), delusi (persecutory, bizarre, grandiose), gangguan insight, serta pemikiran dan ucapan yang tidak teratur. Selain itu, kondisi lain yang menunjukkan gejala positif diantaranya adalah penyakit autoimun, delirium, demensia khususnya pada Lewy bodies dementia (LBD), penyakit neurologi, traumatic brain injury, serta intoksikasi atau gejala withdrawal substansi tertentu, misalnya alkohol. - Gejala negatif
Gejala negatif yang terjadi meliputi kurangnya motivasi, perawatan diri yang buruk, afek tumpul, mengurangi bicara dan menarik diri secara social. - Gejala pada fungsi kognitif
Gejala pada fungsi kognitif meliputi gangguan planning, fleksibilitas mental berkurang, gangguan memori dan konsentrasi serta gangguan kognisi sosial. - Excitement
Gejala excitement meliputi perilaku tidak teratur, agresifserta perilaku kekerasan.
Proses Diagnosis
Proses diagnosis dilakukan dengan clinical judgment serta asesmen dengan skala psikiatri. Skala psikitari utamanya digunakan untuk memonitor keparahaan gejala positif dan negatif serta memonitor respon pengobatan yang terjadi pada pasien skizofrenia. Addict Res Ther. 2017 ; 8(3): . doi:10.4172/2155-6105.1000324.
Obat Antipsikotik
Antipsikotik digunakan terutama untuk mengobati gangguan psikotik. Tujuan penggunaan diantaranya untuk menghilangkan gejala seperti halusinasi, delusi atau perilaku/pikiran abnormal, dan efek sedatif pada pasien yang sangat terganggu atau agresif.
Antipsikotik diklasifikasikan dalam berdasarkan obat generasi pertama (FGA) dan generasi kedua (SGA) serta termasuk obat konvensional atau atipikal.
First Generation Antipsychotics (FGA) | Second Generation Antipsychotics (SGA) |
Sediaan Oral Chlorpromazine Haloperidol Trifluoperazine Sediaan Injeksi short acting Haloperidol injeksi Sediaan Injeksi long acting Haloperidol decanoat injeksi Fluphenazine decanoat injeksi | Sediaan Oral Aripiprazole Quetiapine Olanzapine Risperidone Sediaan Injeksi short acting Olanzapine Injeksi Sediaan Injeksi long acting Paliperidone Injeksi |
Mekanisme Kerja Antipsikotik
Mekanisme kerja antipsikotik dimediasi (setidaknya sebagian) oleh blokade transmisi dopaminergik di berbagai bagian otak (khususnya sistem limbik). Hal ini terjadi karena semua antipsikotik memiliki aktifitas memblokir reseptor D2, namun sekitar 20%-50% pasien tidak berespon terhadap antagonis D2 dan beberapa antipsikotik atipikal mencapai efek antipsikotik tanpa okupansi D2 yang tinggi.
Farmakologi dan Efek Klinik Antipsikotik
Efek farmakologi dan efek klinik dari obat-obatan antipsikotik, yaitu:
- Efek antipsikotik, karena adanya antagonisme reseptor D2.
- Sedasi (reduksi agitasi dan agresi), karena adanya antagonisme neurotransmitter Dopamine.
- Efek antidepresan (ditemukan pada SGA seperti quetiapine), karena adanya antagonisme 5-HT2 (serotonin).
Indikasi Obat Antipsikotik
Indikasi Psikiatri | Indikasi Non Psikiatri |
Terapi psikosis Terapi mania Sedasi Anxietas Depresi Clozapine Skizofrenia resisten | Mual Anestesi Cegukan Kondisi paliatif |
Skizofrenia Resisten
Seorang pasien dianggap menderita skizofrenia yang resistan terhadap pengobatan jika mereka memenuhi semua kriteria berikut:
- gejala psikosis positif, negatif atau kognitif sedang atau berat selama 12 minggu atau lebih
- gangguan fungsional sedang atau berat
- monoterapi dengan 2 antipsikotik yang diberikan pada dosis yang memadai (yaitu dosis yang setara dengan 600 mg klorpromazin per hari) selama minimal masing-masing 6 minggu.
- patuh pada terapi antipsikotik, yaitu diminum setidaknya 80% dari waktu, seperti yang ditunjukkan oleh 2 sumber (misalnya jumlah pil, kadar obat dalam darah)
idealnya, antipsikotik injeksi long acting digunakan setidaknya selama 4 bulan untuk memastikan kepatuhan dan mencapai konsentrasi steady state dari antipsikotik.
Precautions Obat-Obatan Antipsikotik
- Gagal Nafas
Chlorpromazine, clozapine, olanzapine, dan trifluoperazine dapat menyebabkan depresi pernapasan (resiko meningkat pada pengguna alkohol, benzodiazepin).
- Diabetes
Antipsikotik terutama clozapine, olanzapine dan quetiapine, dapat meningkatkan glukosa darah.
- Hyperprolactinaemia
Antipsikotik terutama risperidon, dapat meningkatkan kadar prolaktin.
Antipsikotik dan Antiparkinson
- Antipsikotik jika digunakan pada penyakit Parkinson dapat memperburuk kondisi dan dapat berlawanan aksinya dengan agonis dopamin yang digunakan.
- Jika benar-benar dibutuhkan, quetiapine atau clozapine dosis rendah dapat dipertimbangkan.
Efek Samping Antipsikotik
Extrapyramidal side effects of antipsychotics
Distonia Akut | Oculogyric crisis (kekakuan otot mata) Torticollis (kekakuan otot leher) Tongue protrusion Facial grimacing |
Drug-induced parkinsonism | Muscular rigidity Resting tremor Akinesia (gerakan lambat) |
Akathisia | Restlessness |
Tardive syndromes | Dyskinesia (gerakan tidak terkendali terutama pada wajah) |
Anticholinergic drugs (trihexyphenidil)
- tidak dianjurkan sebagai profilaksis rutin untuk EPSE, karena tidak semua pasien mengalami EPSE
- harus dihandle oleh pasien dan wali (yang memiliki pengetahuan bagaimana menggunakannya)
- dapat menambah efek antikolinergik dari beberapa antipsikotik dan memperburuk tardive dyskinesia
- kadang-kadang disalahgunakan dalam dosis tinggi karena efek euforianya.
Tatalaksana Efek Samping Antipsikotik
- Turunkan dosis
- Ganti dengan antipsikotik lain yang memiliki profil ESO berbeda
- Pemberian obat-obat khusus jika diperlukan
Extrapyramidal side effects (EPSE)
- dose related
- tertinggi dengan haloperidol dan trifluoperazine
- lebih rendah dengan klorpromazin
- terendah SGA (pada dosis yang direkomendasikan).
- Kurangi dosis antipsikotik untuk menghindari EPSE berulang bila memungkinkan.
Monitoring ESO Antipsikotik
Interaksi Antipsikotik dengan Rokok
1. Clozapine
Obat ini dimetabolisme oleh enzim CYP1A2 dan CYP3A4 di dalam liver. Merokok dapat meningkatkan kadar enzim CYP1A2 dan CYP 3A4 sehingga kadar clozapine dalam darah akan menurun. Penurunan kadar ini akan menyebabkan penurunan efektifitas sehingga pada pasien perokok yang memperoleh terapi clozapine memerlukan dosis lebih besar daripada pasien yang tidak merokok.
2. Olanzapin
Olanzapin dimetabolisme oleh enzim glukoronidasi dan juga enzim CYP1A2 di liver. Dua enzim ini diketahui meningkat jumlahnya akibat gaya hidup merokok. Peningkatan kadar enzim tersebut akan meningkatkan proses klirens dari olanzapin sehingga keberadaan olanzapin di dalam tubuh akan semakin singkat. Kondisi ini memerlukan penyesuaian dosis lebih tinggi dibandingkan dengan dosis lazim yang dipakai pada pasien yang bukan perokok.
Kepatuhan
- Kepatuhan menggambarkan sejauh mana perilaku pasien (dalam hal minum obat atau berpartisipasi dalam perawatan lain) selaras dengan rejimen pengobatan yang disepakati dengan dokter.
- Penyimpangan dari rejimen pengobatan, baik disengaja atau tidak disengaja, disebut sebagai ketidakpatuhan.
- Tingginya tingkat ketidakpatuhan pengobatan telah dilaporkan pada pemakaian obat antipsikotik. Ketidakpatuhan pemakaian obat antipsikotik meningkatkan risiko kekambuhan, rawat inap, kualitas hidup yang buruk dan bunuh diri.
Penyebab Ketidakpatuhan
- Stigma
- Tingkat pemahaman pasien
- Conflicting advice
- Faktor ekonomi
- Rejimen yang terlalu kompleks
- Faktor literasi dan budaya
Peningkatan Kepatuhan dari sisi Farmasetik
- Sediaan Injeksi long acting
- Sediaan Tablet lepas lambat
- Sediaan tablet orodispersable untuk kondisi psikotik akut
Peran Apoteker dalam Penggunaan Antipsikotik
- Monitoring efektifitas
- Monitoring ESO
- Meningkatkan kepatuhan
- Menjamin Ketersediaan