Berita

Perlukah Vitamin Neurotropik?

apt. Septiana Tri Wahyuni, M.Clin,Pharm

RSUP Dr. Sardjito

Apoteker berperan tidak hanya sebatas memastikan ketersediaan dan keamanan obat, tetapi juga memberikan edukasi berbasis bukti kepada pasien terkait terapi tambahan, termasuk penggunaan suplemen. Salah satu produk yang sering diresepkan maupun dibeli bebas adalah vitamin neurotropik yang diklaim bermanfaat untuk kesehatan saraf.

Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah: apakah vitamin neurotropik benar-benar diperlukan pada semua kondisi? Bagaimana bukti klinis terkait manfaatnya pada pasien dengan gangguan saraf, serta apakah ada risiko jika digunakan jangka panjang atau tanpa indikasi yang jelas? Artikel ini bertujuan untuk membantu Apoteker memahami posisi vitamin neurotropik dalam praktik klinik sehari-hari. Dengan pemahaman yang lebih komprehensif, apoteker dapat memberikan rekomendasi yang rasional, efektif, dan aman kepada pasien maupun tenaga kesehatan lainnya.

Vitamin neutropik dikaitkan dengan vitamin B. Vitamin B sendiri terdiri dari 8 jenis yaitu

  • Vitamin B1 (tiamin)
  • Vitamin B2 (riboflavin)
  • Vitamin B3 (niasin)
  • Vitamin B5 (asam pantotenat)
  • Vitamin B6 (piridoksin)
  • Vitamin B7 (biotin)
  • Vitamin B9 (asam folat)
  • Vitamin B12 (cobalamin)

Nah yang dimaksud dengan vitamin neurotropik adalah kelompok vitamin yang terdiri dari Vitamin B1, B6, dan B12.  Vitamin tersebut memberikan nutrisi dan membantu regenasi sel saraf. Biasanya diresepkan pada pasien dengan neuropati perifer, nyeri neuropatik, hingga digunakan secara bebas untuk menjaga fungsi saraf.

Peran Farmakologis Vitamin Neurotropik

  1. Vitamin B1 (tiamin/benfotiamin)

Pada Pria vitamin B1 yang dibutuhkan sebesar 1,2 mg setiap harinya dan pada Wanita 1,1 mg/hari. Vitamin B1 (tiamin) merupakan salah satu kofaktor dalam metabolisme glukosa, yang menyediakan energi cukup bagi neuron melalui jalur non-patogenik (jalur pentosa fosfat). Kondisi defisiensi dapat dipicu oleh konsumsi alkohol, penggunaan diuretik, maupun dialisis pada penyakit ginjal akan memengaruhi hampir seluruh sistem tubuh.

  • Vitamin B6 (piridoksin)

Pada Pria dan Wanita usia 19-50 tahun dibutuhkan 1,3 mg vitamin B6 tiap harinya. Sedangkan untuk Pria diatas 51 tahun dibutuhkan vitamin B6 1,7 mg dan Wanita diatas 51 tahun sebesar 1,5 mg tiap harinya.  Vitamin B6 memiliki peran penting sebagai kofaktor enzim untuk sintesis neurotransmiter (serotonin, dopamin, GABA, norepinefrin). Neurotransmiter adalah senyawa kimia yang berfungsi membawa, mempercepat, dan menyeimbangkan pengiriman sinyal antara beberapa sel saraf atau dari sel saraf menuju jaringan tubuh. Defisiensi piridoksin terutama akan menimbulkan berbagai komplikasi pada sistem saraf pusat, termasuk kejang, depresi, dan perubahan status mental (Calderón-Ospina & Nava-Mesa, 2020).

  • Vitamin B12 (kobalamin)

Setiap hari, pria dan wanita di atas 14 tahun membutuhkan 2,4 mcg vitamin B12. Vitamin B12 (kobalamin) berperan penting dalam sintesis dan pemeliharaan selubung mielin serta dalam proses pemulihan neuron. Selain itu berperan juga dalam membantu produksi sel darah merah. Terdapat berbagai bentuk vitamin B12, seperti sianokobalamin, metilkobalamin, adenosilkobalamin, maupun hidroksokobalamin, yang dimetabolisme menjadi kobalamin sebagai koenzim dalam proses tersebut. Sebuah tinjauan sistematis dan meta-analisis menunjukkan bahwa kadar vitamin B12 yang rendah berhubungan signifikan dengan kejadian neuropati (OR [95% CI]: 1,51 [1,23–1,84]) (Stein et al., 2021). Walaupun kelebihan kobalamin dapat disimpan di hati sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya defisiensi akut, malabsorpsi vitamin B12 tetap dapat menyebabkan komplikasi hematologis dan neurologis tertentu (Wolffenbuttel et al., 2019).

Jadi sebenarnya setiap vitamin neurotropik memiliki peran spesifik dalam pertumbuhan dan regenerasi saraf, namun ketiganya bersinergitas menjaga kesehatan sistem syaraf

Sumber makanan Vitamin Neurotropik

Vitamin neurotropik tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh. Vitamin tersebut dapat di peroleh dari makanan dan suplementasi obat. Sumber Vitamin B1 dari makanan terdapat di gandum utuh, daging sapi, tuna, salmon, dan kacang-kacangan. Vitamin B6 terdapat di Kacang, Ikan tuna, Daging sapi, Hati sapi, Daging ayam, Telur, Kentang, Pisang, Oat, Gandum. Sedangkan Vitamin B12 Hati sapi dan kambing, Kerang, Daging sapi, Ikan tuna dan salmon, Telur, Susu dan produk olahan susu, seperti yogurt dan keju serta sayuran hijau seperti bayam. Jadi dapat disimpulkan vitamin Neurotropik ada di hati sapi, daging sapi, telur, kacang almond, ikan salmon, dan yoghurt.

Yang menjadi catatan kadar vitamin neutrotropik pada makanan sehat tidak menyediakan efek farmakologis dan tidak memenuhi kebutuhan pasien yang memiliki risiko defisiensi. Sehingga tetap perlu asupan dari suplementasi vitamin. Pada studi terbaru pasien yang rutin suplementasi vitamin neurotropik secara rutin minimal 2 minggu terbukti menurunkan risiko neuropati (Sathienluckana et al., 2024)

Tanda-tanda kekurangan vitamin neurotropik

Kekurangan vitamin B1 akan menimbulkan gejala berupa kesemutan, rasa tertusuk atau terbakar pada lengan dan kaki, berkurangnya kemampuan refleks, serta tubuh jadi lesu.

Kerusakan saraf akibat kekurangan vitamin B6 ditandai dengan kebas, kesemutan, dan gangguan keseimbangan. Seperti vitamin neurotropik lainnya, kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan kebas serta kesemutan, terutama pada tangan dan kaki. Jika kondisi ini terus berlanjut, kekurangan vitamin B12 dapat bertambah parah dan memicu kerusakan permanen pada sel otak serta sistem saraf. 

Jadi dapat disimpulkan untuk gejala kekurangan vitamin neurotropik adalah

  • Kesemutan dan kebas, terutama di tangan dan kaki
  • Tubuh terasa lelah dan lemah
  • Sensasi terbakar di kaki dan lengan
  • Kemampuan refleks tubuh berkurang
  • Gangguan daya ingat
  • Kehilangan nafsu makan
  • Gangguan tidur
  • Penurunan berat badan

Kekurangan vitamin B1 dapat menyebabkan penyakit beri-beri dan penyakit Wernicke. Penyakit beri-beri dapat dikenali dari gejala sesak napas, gerakan mata yang tidak normal, detak jantung meningkat, kaki bengkak, dan muntah-muntah. Sedangkan penyakit Wernicke memengaruhi sistem saraf dan menyebabkan penglihatan berbayang, gangguan koordinasi otot, dan penurunan fungsi mental. Jika tidak diobati, penyakit Wernicke dapat memburuk dan menjadi sindrom Wernice-Korsakoff. Gejala sindrom Wernicke-Korsakoff ini dapat berupa halusinasi, amnesia, mata sulit dibuka (ptosis), sulit memahami suatu informasi, hilang ingatan atau tidak bisa membentuk ingatan baru. Kekurangan Vitamin B6 dapat menyebabkan anemia hingga gangguan kulit, seperti mulut pecah-pecah dan ruam gatal di kulit. Selanjutnya Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia megaloblastic, neuropati, penurunan fungsi kognitif, dan depresi.

Penyebab kekurangan Vitamin Neurotropik

Kekurangan vitamin Neuropati bisa disebakan karena konsumsi obat misalnya karena penggunaan obat gula seperti metformin, antibiotik seperti kloramfenikol, tetrasiklin, dan isoniazid. Tentunya jika obat-obatan tersebut dikonsumsi jangka panjang. Dalam hal ini penggunaan metformin dapat menurunkan vitamin B12. Metformin dapat menghambat penyerapan vitamin B12 di usus. Defisiensi vitamin B12 dapat memperburuk neuropati perifer, yang dapat menyebabkan kerusakan saraf yang tidak dapat dipulihkan. Pasien yang mendapatkan isoniazid juga diberikan suplementasi vitamin B6 untuk menghindari neuropati. Kekurangan vitamin neuropati bisa disebabkan karena juga karena penyakit tertentu misalnya penyakit Diabetes Melitus tipe 2, sehingga suplementasi vitamin neurotropik dapat bermanfaat untuk pasien diabetes, dan pada pasien diabetes yang menggunakan metformin. Pada studi disebutkan pemberian suplementasi neurotropik dapat menurunkan risiko neuropati (Adaikalakoteswari et al., 2011).

Bukti Klinis dan Aspek Keamanan

Sebuah meta-analisis terbaru dilakukan dengan tujuan mengevaluasi dampak pemberian vitamin B12, baik secara tunggal maupun dalam kombinasi dengan terapi lain, pada pasien dengan neuropati diabetik. Hasil analisis menunjukkan bahwa suplementasi vitamin B12 dapat memperbaiki gejala neuropatik dan menurunkan rasa nyeri pada pasien dengan neuropati diabetik. Namun, penelitian ini tidak menemukan perbedaan yang bermakna antara kelompok pasien yang menerima vitamin B12 dibandingkan dengan plasebo dalam hal kadar HDL, LDL, maupun kolesterol total (Karedath, 2022). Beberapa konsensus dan studi merekomendasikan penggunaan vitamin neuropati pada pasien dengan neuropati perifer (mis. neuropati diabetik) sebagai terapi adjuvan terutama bila terdapat defisiensi atau risiko defisiensi, namun kualitas bukti intervensional masih terbatas. Ada pula penelitian yang menunjukkan pengurangan nyeri neuropatik pada subkelompok pasien, tetapi heterogenitas studi tinggi (RT Pinzon et al., 2023)

Terkait toksisitas, konsumsi jangka panjang dengan dosis tinggi vitamin B6 dilaporkan menyebabkan neuropati sensorik yang kadang irreversible. Banyak regulator mengeluarkan peringatan dan membatasi dosis harian suplemen tersebut. Seperti misalnya memberikan peringatan pada produk vitamin B6 dengan dosis diatas 10 mg diberikan label peringatan terkait risiko neuropati perifer dan tidak menyediakan produk dengan dosis lebih dari 100 mg untuk dewasa (yang sebelumnya 200 mg), dengan memberikan limitasi dosis harian yang lebih rendah pada anak berdasarkan usia. Karena banyak suplemen mengandung B6 dalam dosis berbeda, penting bagi Apoteker menanyakan riwayat semua suplemen pasien.

 Secara umum vitamin B1 dan vitamin B12 aman, dengan risiko rendah toksisitas. Namun, indikasi penggunaan harus jelas untuk menghindari terapi berlebihan tanpa manfaat signifikan.

Praktek klinis Apoteker pada pemberian Vitamin Neutropik

Dosis yang dianjurkan untuk mengkonsumsi vitamin neurotropik yaitu vitamin B1 100 -300 mg/hari, vitamin B6 10-50 mg/hari dan vitamin B12 0,2-2 mg/hari. Risiko Efek samping minimal, biasanya ke saluran pencernaan seperti sakit perut, mual, muntah, dan diare. Tidak terdapat interaksi dengan makanan namun dapat berinteraksi dengan obat-obatan misalnya vitamin B1 dengan obat kemoterapi seperti Fluorourasil/5-FU. Metabolit 5-FU (fluoroacetat) dapat menginaktivasi tiamin pirofosfat (TPP) sehingga dapat menurunkan kadar tiamin.

Vitamin B6 berinteraksi dengan fenitoin yang dapat menurunkan kadar fenitoin sehingga perlu monitoring kejang jika diberikan vitamin B6 dalam dosis yang besar.  Vitamin B6 juga berinteraksi dengan levodopa sehingga tidak boleh diberikan dalam waktu bersamaan. Vitamin B12 juga berinteraksi dengan kloramfenikol, neomisin, ranitidine, PPI, dan metformin pada jangka panjang dapat menurunkan kadar vitamin B12.

Berikut ini adalah tips untuk pemberian vitamin neurotropik pada pasien:

  1. Lakukan screening ringkas (riwayat obat/suplemen, faktor risiko defisiensi, gejala) sebelum merekomendasikan vitamin neurotropik.
  2. Hindari atau batasi pemberian B6 >50 mg/hari tanpa indikasi medis yang jelas; edukasi pasien mengenai potensi neuropati akibat B6.
  3. Konseling pasien: jelaskan manfaat, potensi risiko ESO, serta pentingnya evaluasi medis bila gejala neuropati tidak membaik.
  4. Dokumentasi dan monitoring: catat indikasi, regimen, durasi, serta follow-up efek terapi maupun potensi efek samping.

Kesimpulannya, apakah vitamin neurotropik perlu bagi pasien? Jawabannya perlu, jika memang memiliki tanda-tanda kekurangan vitamin neuropati karena dari usia, asupan yang belum baik, atau mengkonsumsi obat-obatan atau penyakit yang mengakibatkan kekurangan vitamin neuropati. Semoga dengan artikel ini dapat membantu Apoteker dalam memberikan rekomendasi yang tepat, aman, dan rasional, sekaligus meningkatkan kualitas layanan farmasi klinik pada pasien dengan gangguan saraf.

Daftar Pustaka

Adaikalakoteswari A, Rabbani N, Waspadji S, Tjokroprawiro A, Kariadi SH, Adam JM, Thornalley PJ. Disturbance of B-vitamin status in people with type 2 diabetes in Indonesia–link to renal status, glycemic control and vascular inflammation. Diabetes Res Clin Pract. 2012 Mar;95(3):415-24. doi: 10.1016/j.diabres.2011.10.042. Epub 2011 Nov 30. PMID: 22133652.

Calderón-Ospina CA, Nava-Mesa MO. B Vitamins in the nervous system: Current knowledge of the biochemical modes of action and synergies of thiamine, pyridoxine, and cobalamin. CNS Neurosci Ther. 2020 Jan;26(1):5-13. doi: 10.1111/cns.13207. Epub 2019 Sep 6. PMID: 31490017; PMCID: PMC6930825.

Hemminger A, Wills BK. Vitamin B6 Toxicity. [Updated 2023 Feb 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-.

Karedath J, Batool S, Arshad A, Khalique S, Raja S, Lal B, Anirudh Chunchu V, Hirani S. The Impact of Vitamin B12 Supplementation on Clinical Outcomes in Patients With Diabetic Neuropathy: A Meta-Analysis of Randomized Controlled Trials. Cureus. 2022 Nov 22;14(11):e31783. doi: 10.7759/cureus.31783. PMID: 36457818; PMCID: PMC9704859.

Pinzon RT, Schellack N, Matawaran BJ, Tsang MW, Deerochanawong C, Hiew FL, Nafach J, Khadilkar S. Clinical Recommendations for the use of Neurotropic B vitamins (B1, B6, and B12) for the Management of Peripheral Neuropathy: Consensus from a Multidisciplinary Expert Panel. J Assoc Physicians India. 2023 Jul;71(7):11-12. doi: 10.59556/japi.71.0290. PMID: 37449697.

Sathienluckana T, Palapinyo S, Yotsombut K, Wanothayaroj E, Sithinamsuwan P, Suksomboon N. Expert consensus guidelines for community pharmacists in the management of diabetic peripheral neuropathy with a combination of neurotropic B vitamins. J Pharm Policy Pract. 2024 Feb 7;17(1):2306866. doi: 10.1080/20523211.2024.2306866. PMID: 38333576; PMCID: PMC10851824.

Smith, T. J., Johnson, C. R., Koshy, R., Hess, S. Y., Qureshi, U. A., Mynak, M. L., Fischer. P. R. (2021). Thiamine deficiency disorders: A clinical perspective. Annals of the New York Academy of Sciences, 1498(1), 9–28. 10.1111/nyas.14536 [DOI] [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]

Stein J, Geisel J, Obeid R. Association between neuropathy and B-vitamins: A systematic review and meta-analysis. Eur J Neurol. 2021 Jun;28(6):2054-2064. doi: 10.1111/ene.14786. Epub 2021 Mar 15. PMID: 33619867.

Wolffenbuttel, B. H. R., Wouters, H. J. C. M., Heiner-Fokkema, M. R., & van der Klauw, M. M. (2019). The many faces of cobalamin (vitamin B12) deficiency. Mayo Clinic Proceedings: Innovations, Quality & Outcomes, 3(2), 200–214. 10.1016/j.mayocpiqo.2019.03.002 [DOI] [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]

https://www.tga.gov.au/news/safety-updates/peripheral-neuropathy-supplementary-vitamin-b6-pyridoxine, diakses tgl 13 Agustus 2025

Tinggalkan Balasan