Berita

PENCEGAHAN HIV DAN AIDS : PERAN PENTING PENGOBATAN ANTIRETROVIRAL (ARV)

apt. Septiana Putri Sari,S.Farm
RSKB Ringroad Selatan

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang system kekebalan tubuh yang dapat melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi penyakit.  AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan (Fadli, 2022).

Penderita HIV yang menjalani pengobatan dapat memperlambat perkembangan penyakit, sehingga dapat menjalani hidup dengan normal.

Berdasarkan data dari kementrian Kesehatan tahun 2023, jumlah ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV mencapai 35% yaitu penularan dari suami ke istri. Tingginya penularan tersebut karena pengetahuan akan pencegahan dan dampak penyakit rendah serta memiliki pasangan dengan perilaku sex beresiko.

Pada proses deteksi, kemenkes mencatat hanya 55% ibu hamil yang dites HIV karena sebagian besar tidak mendapatkan izin dari suami untuk melakukan tes. Dari jumlah tersebut 7.153 positif HIV, dan 76% nya belum mendapatkan pengobatan ARV dan ini juga akan menambah resiko penularan pada bayi.

Obat antiretroviral (ARV) merupakan bagian dari pengobatan HIV dan AIDS untuk mengurangi resiko penularan HIV, menghambat perburukan infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas hidup penderita HIV, dan menurunkan jumlah virus (viral load) dalam darah sampai tidak terdeteksi.(Hafiz, 2022)

Obat yang digunakan untuk pengobatan HIV diindonesia ada 3 golongan utama, diantaranya :

  1. NRTI (Nucleoside Reserve Transcriptase Inhibitor) seperti : Zidovudin, Lamivudin, Abacavir, Tenocavir, Didanosine dan Emtritabine.
  2. NNRTI (Non Nukleoside Reserve Transcriptase Inhibitor) seperti : Evafirenz, Nevirapin, dan Rilpivirin.
  3. PI (Protease Inhobitor) seperti :Lopinavir/Ritonavir

Pencegahan penularan HIV

  1. Pencegahan penularan infeksi HIV dengan pengobatan ARV
  2. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak efektif dapat menurunkan angka transmisi vertical hingga kurang dari 2 %

Terdapat 4 pendekatan komprehensif untuk mencegah tranmisi vertikal HIV, yaitu :

  • Pencegahan primer infeksi HIV pada wanita usia reproduksi
  • Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan pada wanita terinfeksi HIV
  • Pencegahan transmisi vertikal HIV dari ibu kepada bayi
  • Penyediaan terapi, perawatan dan dukungan yang baik bagi ibu dengan HIV, serta anak dan keluarganya.

Apabila ibu diketahui terinfeksi HIV, pencegahan agar bayi yng dilahirkan terbebas dari HIV, serta bayi dan ibu harus hidup sehat yaitu :

  1. Pemberian terapi ARV bagi ODHA hamil

Semua ibu hamil dengan HIV harus diberi terapi ARV, tanpa harus menunggu pemeriksaan jumlah CD4, karena kehamilan itu sendiri merupakan indikasi pemberian terapi ARV yang dilanjutkan seumur hidup.

  1. Prosedur persalinan yang aman

Bedah sesar efektif pada usia gestasi 38 minggu untuk mengurangi resiko transmisi vertikal infeksi HIV dilakukan pada ODHA hamil dengan viral load ≥ 1000 kopi/mL atau yang viral load tidak diketahui pada trimester ketiga kehamilan. Bedah sesar efektif untuk mengurangi resiko transmisi vertikal tidak dilakukan secara rutin pada ODHA hamil dengan viral load <1000 kopi/mL, kecuali atas indikasi obstetri.

  1. Pemberian profilaksis ARV untuk bayi lahir dari ibu HIV

Bayi lahir dari ibu terinfeksi HIV yang mendapatkan pengganti ASI (PASI) diberikan profilaksis zidovudine dengan dosis sesuai usia gestasi selama 6 minggu. Apabila bayi lahir dari ibu terinfeksi HIV mendapatkan ASI, maka profilaksis yang diberikan adalah zidovudine dan nevirapine dengan dosis sesuai usia gestasi selama 6 minggu dengan syarat ibu harus dalam terapi ARV kombinasi.

  1. Nutrisi untuk bayi lahir dari ibu terinfeksi HIV

Pemberian nutrisi pada bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV memerlukan diskusi dengan ibu terkait pemilihannya. Nutrisi untuk bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV adalah pengganti ASI (PASI) untuk menghindari transmisi HIV lebih lanjut. Air susu ibu untuk bayi dari ibu terinfeksi HIV hanya dapat diberikan apabila syarat AFASS terhadap PASI tidak terpenuhi. Air susu ibu harus diberikan eksklusif selama 6 bulan, dengan syarat ibu harus mendapatkan ARV kombinasi dan anak mendapatkan ARV profilaksis. Pemberian nutrisi campur ASI dan PASI  (mixed feeding) harus dihindari karena menempatkan bayi pada resiko terinfeksi HIV yang lebih tinggi.

  1. Profilaksis kotrimoksazol untuk bayi lahir dari ibu terinfeksi HIV

Profilaksis kotrimoksazol diberikan kepada seluruh bayi lahir dari ibu terinfeksi HIV sejak usia 6 minggu sampai terbukti tidak terinfeksi HIV dengan uji diagnostik sesuai dengan usia.

  1. Pencegahan transmisi HIV pasca-pajanan
  • Antiretroviral untuk pencegahan pasca-pajanan diberikan selama 28 hari.
  • Panduan ARV untuk PPP dengan 2 jenis ARV efektif, namun 3 obat lebih direkomendasikan.
  • Panduan TDF+3TC (atau FTC) direkomendasikan sebagai pilihan panduan NRTI untuk PPP pada remaja dan dewasa.
  • Pada anak usia kurang dari 10 tahun, AZT+3TC direkomendasikan sebagai bagian dari PPP. ABC+3TC atau TDF+3TC (atau FTC) dapat dipertimbangkan sebagai panduan alternative.
  • Panduan LPV/r direkomendasikan sebagai obat ketiga untuk PPP pada anak, remaja dan dewasa.

Daftar Pustaka :
Republik Indonesia. 2019. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 01.07 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana HIV. Jakarta: Menteri Kesehatan
Fadli, R.M. 2022. HIV dan AIDS.
Hafiz, S. 2022. Mengenal Dolutegravir Obat Antiretroviral Yang Menjadi Pilihan Utama Pengobatan Pasien HIV Saat Ini. Diakses pada 6 agustus 2023 link : https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/87/mengenal-dolutegravir-obat-antiretroviral-yang-menjadi-pilihan-utama-pengobatan-pasien-hiv-saat-ini#:~:text=Antiretroviral%20(ARV)%20merupakan%20bagian%20dari,dalam%20darah%20sampai%20tidak%20terdeteksi.
Siti, N.T. (2023) Kasus HIV dan Sifilis Meningkat, Penularan Didominasi Ibu Rumah Tangga. Diakses pada 6 Agustus 2023 link website Kementrian Kesehatan : https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230508/5742944/kasus-hiv-dan-sifilis-meningkat-penularan-didominasi-ibu-rumah-tangga/

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: