Mengenal Vaksin Dewasa
MENGENAL VAKSIN DEWASA
oleh
INSTALASI FARMASI RS BETHESDA YOGYAKARTA
- Fungsi Vaksin
Vaksin merupakan sistem kekebalan tubuh yang dirancang untuk membantu melindungi seseorang dari virus dan bakteri yang mungkin masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan penyakit.
Vaksin sangat bermanfaat bagi tubuh kita karena dapat meningkatkan daya tahan/ kekebalan tubuh terutama pada anak/balita. Vaksin melindungi kita dari penyakit berbahaya seperti meningitis, hepatitis, tuberkulosis, polio, dll. Walaupun ada juga proses alami yang dapat memberikan kita kekebalan tubuh tanpa melakukan vaksinasi (kekebalan alami). Seseorang memperoleh kekebalan alami ketika sakit, setelah sembuh maka tubuhnya akan membentuk antibodi sehingga orang tersebut memiliki kekebalan alami, tetapi ada juga orang yang sembuh sakit tapi tidak memperoleh kekebalan alami.
Berikut beberapa contoh vaksin pada dewasa :
- Vaksin Toxoid tetanus
Vaksin yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus. Pada waktu ibu hamil, untuk melindungi ibu dan calon bayi dari penyakit tetanus maka ibu wajib menjalani vaksinasi toxoid tetanus. Tetanus dapat disebabkan kurang bersihnya lingkungan hidup si ibu atau disebabkan alat kedokteran yang kurang higienis (bersih). Vaksinasi diberikan sebanyak 2 kali, yang pertama diberikan pada waktu ibu dinyatakan positif hamil dan yang kedua adalah minimal 4 minggu setelah vaksin pertama diberikan dan maksimal 2 minggu sebelum melahirkan.
- Vaksin Meningitis meningokokus
Vaksin yang digunakan untuk mencegah penyakit meningitis atau penyakit radang selaput otak. Penyakit ini disebabkan disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis. Cara penularannya melalui udara, batuk, bersin dari orang yang telah terinfeksi bakteri, atau kontak dengan cairan pernapasan (minum dari gelas yang sama).Gejala penyakitnya berupa demam, sakit kepala, dan tidak enak badan. Penyakit ini lebih sering terdapat di Afrika dan agak jarang dijumpai di Indonesia.
- Vaksin Tifoid
Vaksin yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit demam Tifoid. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi.
- Vaksin Campak (Measle)
Vaksin yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit Campak.
- Vaksin Parotitis (Mumps) atau Gondongan
Vaksin yang digunakan untuk mencegah penyakit parotitis. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang kelenjar air liur di mulut yang banyak diderita anak-anak dan orang muda. Orang menderita penyakit ini hanya sekali seumur hidup.
- Vaksin Rubella (Campak Jerman)
Vaksin yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit Rubella. Penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, mengakibatkan kemerahan pada kulit menyerupai campak, radang selaput lendir, dan radang selaput tekak. Ruam ini biasanya hilang dalam waktu 2-3 hari. Bila infeksi terjadi pada wanit
a yang sedang hamil muda (tiga bulan pertama) dapat memengaruhi pertumbuhan bayi.
- Vaksin Yellow fever (demam kuning)
Vaksin yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit Demam kuning. Penyakit ini disebabkan virus yang dibawa nyamuk Aedes dan Haemagogus.
- Vaksin Hepatitis B
Vaksinasi hepatitis B diperlukan untuk mencegah gangguan hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB).
- Vaksin Japanese B enchephalitis
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menimbulkan infeksi pada otak. Virus dibawa oleh nyamuk Culex yang hidup di daerah Asia (dari India Timur ke Korea, Jepang, dan Indonesia). Vaksinasi diberikan melalui suntikan pada hari ke-0, 7, dan 28. Dilakukan vaksinasi pendukung setahun kemudian. Vaksinasi diulang setiap 3 tahun.
- Vaksin Rabies
Vaksin yang digunakan untuk mencegah penyakit rabies. Penularannya melalui gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi virus rabies. Hewan yang mungkin menularkan rabies adalah anjing, kucing, kelelawar, monyet, dan lainnya. Vaksin diberikan melalui suntikan sebanyak 3 kali, yaitu hari ke-0, 7, dan 28.
- Vaksin Influenza
Vaksin yang digunakan untuk mencegah penyakit influenza. Influenza merupakan penyakit yang cukup berat bila diderita oleh orang berusia lanjut (di atas 65 tahun) serta penderita yang mempunyai penyakit jantung, paru-paru, dan diabetes mellitus (kencing manis).
Jadwal vaksin pada dewasa
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
2. Efek Samping Vaksin
Pemberian vaksin memiliki efek samping yang ringan dan sedang. Salah satu efek samping yang sering dialami adalah demam. Efek samping tiap vaksin dan tiap individu akan berbeda beda.
Vaksin secara Umum untuk Dewasa
Semua orang dewasa membutuhkan vaksin seasonal flu (influenza) setiap tahun
- Efek samping vaksin influenza (flu shot):
Efek minor: rasa sakit, kemerahan atau bengkak pada tempat yang disuntik, demam, nyeri.
- Efek samping vaksin influenza (nasal spray):
Hidung meler, sakit kepala, sakit tenggorokan, batuk.
Semua orang dewasa seharusnya memperoleh vaksin Tdap (tetanus, diphtheria, pertussis)
- Efek samping vaksin Tdap:
- Mild: rasa sakit dan kemerahan di tempat yang disuntikkan, demam ringan diatas 100,4F (1 dari 100 orang dewasa), sakit kepala (3-4 dari 10 orang dewasa), kelelahan 1 dari 3 orang), mual, muntah diare ( 1 dari 10 orang dewasa), menggigil, nyeri sendi (1 dari 10 orang).
- Moderate: rasa sakit dan kemerahan di tempat yang disuntikkan, demam diatas 102F (1 dari 250 orang dewasa), sakit kepala (1 dari 10 orang dewasa), mual muntah, diare (3 dari 100 orang), pembengkakan seluruh lengan (1 dari 500).
- Severe: bengkak, terasa sangat sakit, perdarahan.
Vaksin untuk Dewasa Usia 19-26 tahun
- HPV vaccines yang direkomendaikan untuk wanita hingga 26 tahun, pria hingga 21 tahun,dan pria 22-26 tahun yang berhubungan seks dengan sesame pria.
– Efek samping vaksin HPV:
- Local reaction: nyeri, kemerahan dan bengkak
- Sistemic reaction: arthralgia, kelelahan, demam, gejala gastrointestinal, sakit kepala, dan nyeri sendi.
Pada beberapa penelitian, efek samping lokal dilaporkan antara 5 sampai 7 hari setelah vaksinasi. Pada keseluruhan resiko efek samping pada grup lebih tinggi daripada kontrol ( RR 1.89; 95% CI 1.65-2.17).
efek samping sistemik pada penelitian ini hanya dilakukan selama 30 hari setelah vaksinasi, dengan total efek samping sistemik pada grup sedikit lebih tinggi daripada kontrol (RR 1.33; 95% CI 1.18-1.50).
Vaksin untuk Dewasa > 60 tahun
- Vaksin pneumococcal direkomendasikan untuk dewasa usia > 65 tahun dan dewasa usia < 65 tahun yang mempunyai penyakit kronis
– Efek samping vaksin pneumococcal:
- Efek sistemik, terlampir pada tabel 2
2. Efek lokal, secara keseluruhan hanya 28,2% dari 1006 responden dengan rata-rata usia responden 70 tahun yang mengeluh merasakan efek lokal, dimana 27,1% merasakan sakit, 5,7% merasakan kemerahan, 5,0% merasakan bengkak, dan 1,2% merasakan penurunan fungsi lengan. Terlampir pada tabel 3.
- Vaksin zoster untuk melindungi dari herpes zoster
– Efek samping vaksin zoster:
- Efek lokal
Kemerahan, pembengkakan dan nyeri pada daerah yang diinjeksi (48,3% dibandingkan 16,6% pada kontrol plasebo). Biasanya gejala tidak terlalu berat dan dapat hilang kurang dari 4 hari. Kejadian yang serius sangat sedikit dan biasanya tidak terlalu signifikan dibanding kontrol plasebo.
2. Efek sistemik
efek sistemik memiliki angka kejadian yang lebih tinggi dibanding dengan kontrol plasebo (6.3% vs plasebo 4.9%), diantaranya yaitu sakit kepala dan kelelahan. Demam >38.3°C terjadi kurang dari 0.1% dari keseluruhan subyek.
Vaksin untuk Dewasa yang Bekerja di Pelayanan Kesehatan
- Vaksin hepatitis B
Efek samping vaksin hepatitis B
- Mild adverse events
Reaksi minimal yang sering terjadi yaitu sakit pinggang selama 24 jam setelah vaksin.reaksi pada orang dewasa lebih umum dibandingkan dengan anak-anak (30% dan <10%). beberapa penelitian membandingkan terdapat reaksi kemerahan yang berbeda pada vaksin dengan konsentrasi dan jadwal yang berbeda.
2. Severe adverse event
Perkiraan terjadinya reaksi anafilaksis adalah 1,1 per juta dosis vaksin (95% CI 0.1-3.9) (Bohkle et al., 2003 dalam WHO, 2012).
- Vaksin MMR (Measles, Mumps, & Rubella)
Efek samping vaksin measles:
- reaksi hipersensitivitas, termasuk urtikaria pada daerah tempat suntikan. Reaksi anafilaksis jarang terjadi. Studi terbaru menunjukkan bahwa reaksi anafilaksis tidak disebabkan oleh sisa protein telur namun oleh komponen vaksin lainnya. Laporan kasus menunjukkan bahwa sekitar satu setengah individu mengalami reaksi anafilaksis karena memiliki antibody IgE terhadap gelatin (penstabil yang digunakan dalam pembuatan vaksin) (Kelso et al., 1993; Sakaguchi et al., 1995 dalam WHO, 2014).
- Kejang, 67% penerima vaksin mengalami kejang demam selama 6-11 hari sesudah menerima vaksin (Farrington et al., 1995 dalam WHO, 2014). Orang yang memiliki riwayat kejang akan mempunyai resiko lebih besar.
- Trombositopenia, terjadi pada 1 dari 30.000 sampai 1 dari 40.000 anak yang mendapat vaksinasi. Resiko trombositopenia dapat meningkat pada orang yang memiliki diagnosis immune thrombocytopenia purpura.
Efek samping vaksin mumps:
- Jeryl Lynn strain, belum terbukti menyebabkan meningitis aseptik
- Leningrad-3 strain, selama periode 1979-1985 teridentifikasi 20-100 kasus meningitis aseptik per 100.000 dosis vaksin yang mengandung strain ini
- Leningrad-Zagreb (LZ), di Slovenia, 2 kasus per 100.000 dosis terlaporkan
- Urabe strain, studi di Nottingham menunjukkan 9 kasus meningitis aseptik terjadi per 100.000 dosis
Efek samping vaksin rubella:
- Arthralgia, arthritis, dan arthropathy, pada orang dewasa terkait nyeri sendi akut. Gejala biasanya muncul pada 1-3 minggu pertama
Efek samping vaksin kombinasi MMR (Measles, Mumps, dan Rubella)
- Mild adverse events, dapat menyebabkan limfadenopati ringan, urtikaria, ruam, malaise, sakit tenggorokan, demam, sakit kepala, arthralgia, dan artritis.
- Severe adverse events, tidak terjadi secara signifikan
- Vaksin varicella (Chickenpox)
– efek samping vaksin varicella:
a. Efek lokal, efek samping yang sering terjadi yaitu ruam (17.3/100.000 dosis), demam (11.4/100.000 dosis), reaksi di tempat yang diinjeksi (6.9/100.000 dosis), gatal ( 2.2/100.000 dosis)
b. Efek sistemik, demam kejang (1.8/100.000 dosis)
- Vaksin menicoccal
– Efek samping vaksin menicoccal:
- Penyimpanan Vaksin
Salah satu hal yang tidak kalah pentingnya terkait mutu dan efektivitas vaksin adalah dalam hal penyimpanan dan memastikan rantai dingin (cold chain) berjalan dengan maksimal. Menurut CDC (2015), penyimpanan paling baik dalam pendingin tunggal khusus untuk menyimpan vaksin (stand alone freezer or refrigerator). Penyimpanan vaksin harus disesuaikan dengan jenis vaksin dan sesuai dengan informasi produk yang disertakan oleh pabrik pembuat vaksin serta menyertakan alat pengontrol suhu. Penentuan tanggal kadaluarsa dan tanggal maksimal penggunaan vaksin disesuaikan dengan informasi produk yang disertakan oleh produsen vaksin dan disesuaikan oleh jenis vaksin itu sendiri.
Menurut WHO (2010), salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menilai stabilitas vaksin adalah dengan menggunakan Vaccine Vial Monitor (VVM). VVM merupakan pemantau vaksin beruba label bergambar yang dilekatkan pada botol vaksin untuk mencatat paparan panas kumulatif yang berlebihan. Pengaruh gabungan dari waktu dan suhu menyebabkan monitor berubah warna secara berangsur-angsur dan tidak akan berubah lagi pada suhu tinggi. Berikut adalah gambar dari VVM beserta dengan keterangannya
- Mengenali vaksin palsu
Maraknya pemalsuan vaksin yang terjadi di Indonesia beberapa waktu yang lalu, penting bagi masyarakat luas untuk dapat melakukan pencegahan secara mandiri dengan membekali pengetahuan lebih luas lagi terhadap vaksin dan cara membedakan antara vaksin yang asli dan vaksin yang palsu.
Menurut perusahaan vaksin milik negara Bio Farma, cara untuk mengetahui vaksin itu asli atau palsu adalah dengan uji laboratorium. Akan tetapi, masyarakat masih dapat membedakan secara kasat mata dengan ciri-ciri berikut ini :
Ciri vaksin palsu:
- Harga jual lebih murah
- Dijual bebas
- Tidak ada tanda dot merah
- Bentuk kemasan lebih kasar
- Nomor batchtidak terbaca
- Warna rubber stopper(tutup vial) berbeda dari produk asli
- Tidak ada nomor izin edar (NIE) Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
- Terdapat perbedaan pada cetakan barcodekemasan vaksin palsu
Ciri vaksin asli:
- Kemasan masih disegel
- Terdapat label yang mencantumkan keterangan seputar vaksin pada ampul
- Label ampul biasanya dilepas dan ditempelkan pada buku kesehatan begitu vaksinasi, lalu kemasan dihancurkan
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, U. F. 2006. Imunisasi Mengapa Perlu?. Jakarta: Buku Kompas.
Ball, R., Braun, M. M., Mootrey, G. T., dan the Vaccine Adverse Evebt Reporting System Working Group, 2001, Safety data on Meningococcal Polysaccharide Vaccine from the Vaccine Adverse Event Reporting System, infectious Disease Society of America.
Centers for Disease Control and Prevention, 2017, Flu Vaccine, https://www.cdc.gov/flu/protect/keyfacts.htm, diakses tanggal 14 Juni 2017.
Centers for Disease Control and Prevention, 2017, Vaccine Information for Adults, https://www.cdc.gov/vaccines/adults/rec-vac/index.html, diakses tanggal 14 Juni 2017
Centers of Disease Control and Prevention. 2015. Recommendations and Guidelines: Storage and Handling: https://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/vac-storage.pdf , diakses pada 1 Mei 2017
Centers for Disease Control and Prevention, 2016, Vaccine Information Statement (VISs) Tdap (Tetanus, Diphtheria, Pertusis), https://www.cdc.gov/vaccines/hcp/vis/vis-statements/tdap.html, diakses tanggal 14 Juni 2017.
Chaves, S. S., Haber, P., Walton, K., Wise, R. P., Izurieta, H. S., Schmid, D. S., dan Seward, J. F., 2008, Safety of Varicella Vaccine after Licensure in the United States: Experience from Reports to the Vaccine Adverse Event Reporting System, 1995-2005, The Journal of Infectious Disease, Oxford Academic.
Depkes RI., 2015. Jadwal Pemberian Imunisasi. diakses 1 Mei 2017;
National Centre for Immunisation Research and Surveillance, 2015, Zooster Vaccine for Australian Adults: Information for Immunisation Providers, diakses tanggal 14 Juni 2017.
Nichol, K. L., Mac Donal. L., dan Hauge, M., 1997, Side Effect Associated with Pneumococcal Vaccination, American Jopurnal of Infection Control, vol. 2, issue.3, pp. 223-228.
Setiawan, D., Luttjeboer, J., Pouweis, K. B., Wilschut, J. C., dan Postma, M. J., 2017, Immunogencity and Safety of Human Papilomavirus (HPV) Vaccination in Asian Populations from Six Countries: a Meta-analysis, Japanese Journal of Clinical Oncology.
World Health Organization, 2012, Information Sheet Observed Rate of Vaccine Reaction Influenza Vaccine, http://www.who.int/vaccine_safety/initiative/tools/Influenza_Vaccine_rates_information_sheet.pdf, diakses tanggal 14 Juni 2017.
World Health Organization, 2012, information Sheet Observed Rate of Vaccine Reaction Hepatitis B Vaccine, http://www.who.int/vaccine_safety/initiative/tools/Hep_B_Vaccine_rates_information_sheet.pdf, diakses tanggal 15 Juni 2017.
World Health Organization, 2014, information Sheet Observed Rate of Vaccine Reaction Measles, Mumps and Rubella Vaccines, http://www.who.int/vaccine_safety/initiative/tools/MMR_vaccine_rates_information_sheet.pdf, diakses tanggal 14 Juni 2017.
World Health Organization , 2015. Vaccine Quality. http://www.who.int/immunization_standards/vaccine_quality/vvm_use_availability_7sep10.pdf?ua=1, diakses pada 7 Mei 2017