Efek Samping Terapi Sitagliptin Pada Pasien Diabetes Tipe II
Oleh apt. Raden Rara Anna Dewi Cahyaning Mitang, S.Farm
Apoteker RS Panti Rahayu Gunung Kidul

Efek samping obat yang tidak diinginkan/ Adverse Drug Reactions (ADRs) menurut World Health Organization (WHO) diartikan sebagai respon terhadap obat yang tidak diinginkan yang terjadi pada dosis yang biasanya digunakan untuk profilaksis, diagnosis atau terapi penyakit atau untuk modifikasi fungsi fisiologis (Sharma, R. 2014), maka untuk meminimalkan risiko efek samping obat yang tidak diingiinkan, dibentuk suatu sistem yakni Pharmacovigilance dengan tujuan untuk memantau keselamatan.
Pharmacovigilance adalah ilmu dan kegiatan yang berkaitan dengan pengumpulan, deteksi, penilaian, pemantauan, dan pencegahan efek samping dengan produk farmasi. Kata “pharmacovigilance” berasal dari pharmakon (obat dalam bahasa Yunani) dan vigilare (awasi /pantau dalam bahasa Latin). Pharmacovigilance pada dasarnya menargetkan keamanan obat-obatan. Pada akhirnya, pharmacovigilance berkaitan dengan mengidentifikasi bahaya yang terkait dengan produk farmasi dan dengan meminimalkan risiko bahaya yang pasien dapat hadapi (WHO, 2012).
Sitagliptin adalah inhibitor DPP-4, yang diyakini bekerja pada pasien diabetes tipe 2 dengan memperlambat inaktivasi hormon inkretin. Konsentrasi hormon intak aktif ditingkatkan oleh Sitagliptin hidroklorida monohidrat, sehingga meningkatkan dan memperpanjang kerja hormon-hormon ini. Hormon inkretin, termasuk glukagon-like peptide-1 (GLP-1) dan glucose-dependent insulinotropic polypeptide (GIP), dilepaskan oleh usus sepanjang hari, dan kadarnya meningkat sebagai respons terhadap makan.
Hormon-hormon ini dengan cepat diinaktivasi oleh enzim DPP-4. Incretin merupakan bagian dari sistem endogen yang terlibat dalam regulasi fisiologis homeostasis glukosa. Ketika konsentrasi glukosa darah normal atau meningkat, GLP-1 dan GIP meningkatkan sintesis dan pelepasan insulin dari sel beta pankreas melalui jalur pensinyalan intraseluler yang melibatkan AMP siklik. GLP-1 juga menurunkan sekresi glukagon dari sel alfa pankreas, yang menyebabkan penurunan produksi glukosa hepatik. Dengan meningkatkan dan memperpanjang kadar inkretin aktif.
Sitagliptin hidroklorida monohidrat meningkatkan pelepasan insulin dan menurunkan kadar glukagon dalam sirkulasi dengan cara yang bergantung pada glukosa. Sitagliptin menunjukkan aktivitas selektif terhadap DPP-4 dan tidak menghambat aktivitas DPP-8 atau DPP-9 secara in vitro pada konsentrasi yang mendekati konsentrasi dari dosis terapeutik. Terapi Sitagliptin dapat diberikan secara monoterapi maupun secara kombinasi.
1. Monoterapi : sitagliptin yang diberikan sebagai monoterapi diindikasikan untuk meningkatkan control glikemik pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2
2. Kombinasi dengan metformin
3. Kombinasi dengan metformin dan sulfonylurea
4. Kombinasi dengan insulin
Penggunaan Sitagliptin baik monoterapi maupun kombinasi, masing-masing tetap dapat menimbulkan efek samping obat.
1. Monoterapi: efek samping ketika sitagliptin diberikan sebagai monoterapi adalah pasien tidak mendapat efek apapun dari sitagliptin atau mirip dengan efek samping pada pasien yang diobati dengan tablet yang tidak mengandung obat (plasebo)
2. Kombinasi dengan Sulfonilurea: gula darah rendah (hipoglikemia)
3. Kombinasi dengan Insulin: flu, sakit kepala, gula darah rendah (hipoglikemia)
4. Kombinasi dengan Metformin: gangguan pencernaan, perut kembung, muntah, sakit kepala
5. Kombinasi dengan Pioglitazone: penurunan gula daraj tanpa gejala
6. Kombinasi dengan Metformin dan Rosiglitazone: sakit kepala, higlikemia, diare
Pengunaan sitagliptin dalam terapi juga dapat beberapa menimbulkan efek samping, berikut
menurut beberapa literatur:
a. drugs.com
Beberapa efek samping sitagliptin dapat terjadi yang biasanya tidak memerlukan perhatian medis. Efek samping ini dapat hilang selama pengobatan karena tubuh pasien sedang menyesuaikan diri dengan obat. Beberapa efek samping yang dapat terjadi adalah nyeri tubuh, batuk, kesulitan bernapas, telinga tersumbat, demam, kehilangan suara, nyeri otot, bersin, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau berair.
b. Journal of Medical Education & Research
Dalam uji klinis, sitagliptin menunjukkan kejadian efek samping yang sebanding dengan plasebo. Efek samping yang paling umum dalam penelitian adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas, hidung tersumbat atau meler, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan diare. Kejadian hipoglikemia dengan monoterapi sitagliptin tidak berbeda secara signifikan dengan plasebo. Data yang dikumpulkan dari 2 uji coba monoterapi dan 2 uji coba kombinasi menunjukkan bahwa kejadian hipoglikemia adalah 1,2% dan 0,9% untuk sitagliptin 100mg dan plasebo.
c. Medscape
a) Kombinasi dengan insulin, dengan atau tanpa metformin adalah hipoglikemia (15,5%).
b) Kombinasi dengan glimepirid dengan atau tanpa metformin adalah; hipoglikemia (12,2%)
c) Monoterapi; nasofaringitis (5,2%), infeksi saluran pernapasan atas (4,5%), sakit kepala (1,1%)
d) Kombinasi dengan pioglitazon; infeksi saluran pernapasan atas (6,3%), sakit kepala (5,1%)
e) Kombinasi dengan metformin; nasofaringitis (6,2%), infeksi saluran pernapasan atas (5,9%)
d. Research letters “Sitagliptin Intolerance” (doi: 10.1016/j.aller.2010.02.005)
Sebagai kesimpulan, sitagliptin tampaknya cukup aman, efek samping termasuk gejala saluran napas bagian atas mungkin menjadi alasan penghentian obat dan riwayat pengobatan sitagliptin harus dipertimbangkan sebagai alasan rinitis non-alergi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki DPP-4 inhibitor dan efeknya pada mukosa saluran napas bagian atas.
e. International Journal of Basic & Clinical Pharmacology “Sitagliptin induced acute severe nasopharyngitis” (doi: 10.5455/2319-2003.ijbcp20140431) Dalam sebuah studi kohort, penghambat DPP-IV lainnya telah dilaporkan menyebabkan “infeksi saluran pernapasan atas” pada sekitar 5% penderita diabetes tipe II dan rinitis yang secara klinis terdefinisi alergi mengalami perburukan gejala seperti kelelahan ketika diberikan sitagliptin. Insiden nasofaringitis akut lebih banyak terjadi pada penggunaan penghambat DPP-IV seperti sitagliptin, harus lebih diperhatikan dalam peresepkan untuk pasien dengan rinitis alergi atau penggunaan obat-obatan seperti penghambat enzim pengubah angiotensin secara bersamaan.
f. Jurnal Farmasi “ Studi Pustaka Efek Samping Obat Antidiabetik Oral pada Pasien Geriatri dengan Diabetes Melitus Tipe 2” (doi.org/10.24252/jfuinam.v12i1.37892) Wainstein et al yang menunjukkan bahwa terdapat efek samping yang lebih banyak secara numerik dengan sitagliptin dan metformin FDC (Fixed dose combination), terutama dari insiden efek samping gastrointestinal yang secara signifikan lebih tinggi termasuk, diare, mual, muntah, dan nyeri / ketidaknyamanan perut saat dibandingkan dengan OHA konvensional (25.6% dengan sita / met FDC (Fixed dose combination) dan 14.3% dengan pioglitazone).
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sitagliptin bila digunakan sendiri tidak terkait dengan peningkatan risiko diare, mual atau muntah dibandingkan dengan plasebo dan kombinasi terapi sitagliptin dan metformin sedikit meningkatkan efek samping gastrointestinal dibandingkan dengan OHA konvensional. Dengan demikian, pengobatan monoterapi sitagliptin tampaknya memiliki tolerabilitas gastrointestinal yang secara umum lebih baik dibandingkan dengan pengobatan dengan monoterapi metformin atau pengobatan kombinasi dengan metformin dan OHA konvensional lainnya. Berdasarkan hasil analisis, salah satu obat antidiabetik oral yang paling banyak digunakan pada pasien geriatri adalah sitagliptin, efek samping
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. Sitagliptin Hydrochloride Monohydrate. https://registrasiobat.pom.go.id/files/assesmentreports/01701154894.pdf, diakses pada 10 Juli 2025.
World Health Organization. 2012. Safety Monitoring of Medicinal Products: Reporting System For the General Public. Geneva: World Health Organization.
Gallwitz B. Sitagliptin: Profile of a novel DPP-4 inhibitor for the treatment of type 2 diabetes. Drugs Today (Barc) 2007; 43: 13-25.
Daniel D, Chris E, Peter K. Fresh from the Pipeline: Sitagliptin. Nat Rev Drug Discov 2007; 6:109-10. Costa DJ, Bousquet PJ, Ryan D, Price D, Demoly P, Brozek J, et al. Guidelines for allergic rhinitis need to be used in primary care. Prim Care Resp J. 2009;18(4):250-7. doi: 10.4104/pcrj.2009.00028.
Landis BN, Grouzmann E, Monod M, Busso N, Petak F, Spiliopoulos A, et al. Implication of
dipeptidylpeptidase IV activity in human bronchial infl ammation and in bronchoconstriction
evaluated in anesthetized rabbits. Respiration. 2008;75:89-97. doi: 10.1159/000106267.
Wainstein J, Katz L, Engel SS. Initial Therapy With The Fixed-Dose Combination of Sitagliptin and Metformin Results in Greater Improvement in Glycaemia Control Compared with Pioglitazone Monotherapy in Patients with Type 2 Diabetes. Diabetes Obes Metab. 2012.