BANYAK SUGUHAN, ASAM URAT NAIK PERLAHAN?
Apt. Nurul Latifah, M.Clin.Pharm
(Instalasi Farmasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta)
Silaturahmi dari keluarga satu ke keluarga yang lain merupakan momen yang menggembirakan bagi sebagian banyak orang. Berbagai suguhan dari segala jenis makanan enak disajikan untuk menyambut kehadiran saudara dan rekan-rekan tercinta, diantaranya kue-kue kering, berbagai jenis manisan, hingga kacang-kacangan. Saat kita tidak mampu mengendalikan diri dalam mengkonsumsi makanan-makanan tersebut, problem kemudian bermunculan, termasuk naiknya asam urat. Asam urat adalah bagian dari metabolisme purin, namun apabila tidak berlangsung secara normal maka akan terjadi sebuah proses penumpukan kristal dari asam urat pada persendian yang bisa mengakibatkan rasa sakit yang cukup tinggi. Peningkatan asam urat disebut dengan hiperurisemia/
Hiperurisemia merupakan kondisi meningkatnya kadar asam urat di dalam darah hingga melebihi 6,8 mg/dL. Kondisi ini dapat muncul pada berbagai usia maupun gender. Peningkatan asam urat ini merupakan akibat dari meningkatnya produksi asam urat di dalam tubuh, menurunnya ekskresi atau pengeluarannya, maupun kombinasi keduanya. Asupan purin merupakan faktor risiko paling kuat yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia. Makanan yang mengandung tinggi purin diantaranya adalah sayuran bayam, seluruh bagian dari pohon melinjo termasuk olahannya, nangka, nangka, durian, kacang-kacangan, seafood, jeroan, maupun daging merah.
Selain akibat dari diet tinggi purin, hiperurisemia bisa jadi menjadi indikator seseorang mengalami penyakit sindrom metabolic, diabetes melitus, penyakit kardiovaskular, maupun penyakit ginjal kronik.
Penyakit yang dapat timbul akibat kondisi hiperurisemia adalah gout dan nephrolithiasis atau batu ginjal. Gout ditandai dengan peradangan sendi yang menyakitkan, paling sering pada sendi metatarsophalangeal pertama, akibat pengendapan kristal monosodium urat di ruang sendi. Gout akut perlu diobati dalam 24 jam pertama sejak munculnya gejala agar dapat mendapatkan penanganan yang cepat dan tuntas. Obat-obat yang dapat digunakan untuk terapi gout akut diantaranya adalah sebagai berikut:
- Non-Steroidal Antiinflamatory Drugs (NSAIDs)
NSAIDs yang sejak waktu lama telah banyak digunakan untuk mengatasi nyeri pada gout akut adalah indometasin. Namun demikian obat-obat NSAIDs lain juga dapat diberikan diantaranya adalah ketorolac, diklofenak, meloksikam, dan antiinflamasi steroid yang lain dengan dosis hingga maksimal untuk masing-masing obat dan dilanjutkan hingga 2 hari setelah nyeri teratasi. Penggunaan NSAIDs harus berhati-hati pada pasien dengan gangguan ginjal dan harus dihentikan bila pasien mengalami perdarahan saluran pencernaan.
- Krtikosteroid
Kortikosteroid adalah alternatif yang tepat untuk pasien yang tidak dapat mentolerir NSAID atau colchicine. Pasien dengan diabetes melitus dapat diberikan kortikosteroid untuk penggunaan jangka pendek dengan pemantauan hiperglikemia yang tepat. Ketika gout terbatas pada satu sendi, injeksi kortikosteroid intra-artikular mungkin lebih disukai daripada kortikosteroid sistemik karena profil efek sampingnya yang lebih rendah. Rebound flare sering terjadi setelah penghentian terapi kortikosteroid untuk gout akut. Untuk mengurangi risiko flare rebound, inisiasi penurunan dosis kortikosteroid secara bertahap selama 10 sampai 14 hari dianjurkan setelah resolusi gejala.
- Colchicine
Colchicine merupakan pilihan terapi lain untuk pasien dengan gout akut. colchicine tidak memiliki sifat analgesik dan mungkin kurang efektif dalam mengobati serangan akut bila diberikan lebih dari 72 hingga 96 jam setelah timbulnya gejala. Efek samping yang umum termasuk mual, muntah, dan diare. Colchicine harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati.
Untuk mengurangi kemungkinan kambuh, pasien harus membatasi konsumsi makanan kaya purin dan menghindari minuman beralkohol (terutama bir) dan minuman yang dimaniskan dengan sirup jagung fruktosa tinggi. Konsumsi sayuran (yang tidak tinggi purin) dan produk susu rendah lemak atau tanpa lemak harus ditingkatkan. Penggunaan diuretik loop dan thiazide dapat meningkatkan kadar asam urat, sedangkan penggunaan angiotensin receptor blocker losartan meningkatkan ekskresi asam urat urin. Pengurangan kadar asam urat adalah kunci untuk menghindari serangan asam urat. Obat yang dapat diberikan untuk menurunkan asam urat untuk mencegah terjadinya gout kronik diantaranya adalah sebagai berikut
Jenis Obat | Dosis | Keuntungan | Kerugian | Interaksi Obat |
Allopurinol | Dosis inisial 100 mg/hari kecuali pada pasien dengan gangguan ginjal. Dosis efektif umumnya 300 mg/hari namun bisa juga dengan dosis lebih tinggi hingga 800 mg/hari | Cukup diberikan sehari sekali, efektif pada pasien dengan gangguan ginjal, harga relatif murah | Dosis harus disesuaikan pada pasien dengan gangguan ginjal, lambat dalam memediasi reabsorbsi tophi | ACE inhibitor, Antasida, Azathioprine, Didabosine, Mercaptopurine, Vitamin K antagonis |
Febuxostat | 840 mg /hari dan dapat ditingkatkan hingga 120 mg/hari | Dosis cukup sehari sekali | Lebih mahal | Azathioprine, Didanosine, Mercaptopurine, Derivat Theophylline |
Probenecid | 250 mg diberikan 2 kali sehari dan dapat ditingkatkan hingga 1-3 g/hari | Efektif untuk pasien dengan penurunan ekskresi asam urat | Memerlukan dosis multiple dalam sehari, tidak efektif untuk diberikan pada pasien dengan gangguan ginjal dan risiko batu ginjal | Doripenem, Ketorolak, Lorazepam, Meropenem, Methotrexate, Mycophenolate, Oseltamivir |
Colchicine | 0,6 – 1,2 mg/hari | Dosis cukup sekali sehari | Dapat menyebabkan exonal neuroyopathy yang reversible dan risiko rhabdomyolisis meningkat ketika digunakan bersamaan dengan obat golongan statin atau klaritromisin | Statin, klaritromisin (CYP3A4 inhibitors, HMGCo reductase inhibitors, P-Glycoprotein inhibitors) |
Pegloticase | 8 mg secara injeksi intravena setiap 2 minggu | Dapat diberikan pada pasien dengan gout refrakter yang tidak efektif dengan agen lain | Harus diberikan oleh dokter karenan berupa injeksi, harga lebih mahal | Minimal interaksi dengan obat lain |
Allopurinol dan Febuxostat merupakan obat lini pertama dalam menurunkan asam urat yang bekerja sebagai xanthin osidase inhibitor yang akan menghambat degradasi purin menjadi xanthin yang kemudian menjadi asam urat sehingga produksi asam urat di dalam urat menurun. Sedangkan obat-obat lain diberikan bila pasien tidak dapat menerima allopurinol atau febuxostat atau jika asam urat tidak dapat turun dengan pemberian agen tersebut. Pasien yang menerima penurun asam urat harus dilanjtukan hingga minimal 3 bulan setelah kadar asam urat mencapai target pada pasien yang tidak mengalami tophi dan sampai 6 bulan pada pasien yang memiliki riwayat tophi yaitu benjolan yang ada di bawah sendi akibat penumpukan asam urat.
DAFTAR PUSTAKA
George C, Minter DA. Hyperuricemia. [Updated 2023 Feb 11]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459218/
Hainer, B.L., Matheson, E., dan Wilkes, R.T. 2014. Diagnosis, Treatment, and Prevention of Gout. American Family Physician Vol 90:12. Available from : https://www.aafp.org/afp
Stockert, A.L dan Stechschulte, M. 2010. Allopurinol and Febuxostat: How far have we come?. Clinical Medicine Insights: Therapeutics 2010:2 927–945. available from http://www.la-press.com.
Web FK UI : https://fk.ui.ac.id/infosehat/mengenal-tophi-komplikasi-akibat-asam-urat-yang-tidak-segera-diobati